BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia saat ini sedang melakukan pembaharuan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidang pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menjadi semakin tertinggal baik proses maupun hasil belajar jika dikaitkan dengan tuntutan globalisasi. Banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah seperti memberi sumbangan berupa buku-buku pelajaran atau berupa finansial untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Di perguruan tinggi sarana dan prasarana termasuk perpustakaan adalah faktor yang sangat penting dan strategis dalam menjalankan aktifitas akademik dan sebagai jawaban atas Tri dharma Perguruan Tinggi.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan pada umumnya dan pegembangan perpustakaan pada khususnya dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dan mahasiswa. Untuk mewujudkan kompetensi yang diharapkan, diperlukan sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran sebagai sumber belajar mahasiswa adalah perpustakaan kampus.
Untuk mencapai keseimbagan antara sarana dan pemanfaatan perpustakaan dalam mendukung proses belajar maka, setiap mahasiswa pada perguruan tinggi menjadi subyek dalam memandang dan memperlakukan perpustakaan sesuai degan fungsinya, dengan berpatok pada paraturan dan kode etik yang berlaku pada unit perpustakaan. Dengan demikian maka, pemanfaatan perpustakaan oleh mahasiswa menjadi tolak ukur untuk melihat sejauh mana tingkat kesadaran mahasiswa dalam memanfaatkan perpustakaan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam hidup.
Selain menggunakan sarana pendidikan dalam proses belajar mahasiswa, terdapat juga faktor yang berperan terhadap prestasi belajar mahsiswa. Salah satu factor dominan adalah mindset mahasiswa tentang perpustakaan itu sendiri. Pandangan ini dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa. Hal yang mempengaruhi perilaku mahasiswa sangat dipengaruhi realitas sosial yang ada di sekitarnya seperti Teman, para dosen, pegawai, maupun sarana dan prasarana sekolah (Perpustakaan) yang mendukung.
Rini Damarastuti S.Sos,MSi, mantan pustakawan unifersitas Krsten Artawacana pada sekitar tahun 1990-an sampai dengan awal tahuan 2000-an mengatakan banyak mahasiswa datang ke perpustakaan hanya ingin sekedar nongkrong dan berdiskusi[1]. Di era kepopulerannya saat ini, perpustakaan seolah sudah dianggap sebagai rumah kedua bagi mahsiswa. Namun demikian, untuk kondisi saat ini tidak dapat dipungkiri pengunjung perpustakaan baik mahasiswa mapun dosen mengalami penurunan drastis yang membuat fungsi perpustakaanpun hilang nilai edukatipnya.
Fungsi perpustakaan di perguruan tinggi selain untuk menunjang keberadaan perpustakaan itu sendiri, juga perpustakaan sebagai tempat kegiatan pembelajaran yang kadang tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil survei awal ditemukan realitas sebagai berikut. Banyak mahsiswa yang tidak memanfaatkan perpustakaan secara intensif misalnya tidak memiliki kartu perpustakaan, tidak meminjam buku, tidak membaca diperpustakaan. selain itu mahasiswa hanya memanfaatkan perpustakaan pada saat-saat tetentu seperti ketika ada tugas dari dosen, mengisi daftar hadir perpustakaan dan penyelesaian tugas akhir. Dalam pada itu terdapat hal-hal yang kurang diperhatikan misalnya, terbatasnya tenaga perpustakaan, terbatasnya ruang perpustakaan yang juga terletak di belakang kampus.
Bertolak dari realitas tersebut di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pandangan Mahasiswa STPM St. Ursula Tentang Peran Perpustakaan Dalam Menunjang Proses Belajar”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah pokok yang dapat dirumuskan sebagai berikut. : “Bagaimana Pandangan Mahasiswa STPM St. Ursula Tentang Peran Perpustakaan Dalam Menunjang Proses Belajar”?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Dari Penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui profil perpustakaan STPM St. Ursula
2. Untuk megetahui pandangan mahasiswa tentang peran Perpustakaan dalam Menunjang Proses Belajar.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan kepada mahasiswa agar memanfaatkan perpustakaan dengan baik dan benar.
2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi pihak perpustakaan STPM St. Ursula dan pihak penyelengara agar dapat membantu kelancaran kegiatan pelayanan dan kualitas Pembelajaran mahasiswa.
3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa agar dapat belajar secara lebih tepat, efektip, dan efisien sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat STPM Santa Ursula Ende.
1.5. Ruang Lingkup penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian dan pembahasan secara tepat maka, perlu ditetapkan ruang lingkup masalah. Hal ini dimaksudkan agar pembahasn dan penulisan terfokus pada permasalahan yang telah ditetapkan.
Adapun ruang lingkup dari masalah penelitian ini adalah pandangan mahasiswa STPM St. Ursula Tentang Peran Perpustakaan dalam menunjang proses belajar.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Sosial Yang Relevan
Untuk membahas tulisan ini lebih lanjut, berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan pada bagian pendahuluan, maka peneliti mengajukan tinjauan teori yang relevan untuk digunakan dalam proses menganalisis fenomena yang terjadi diperpustakaan.
2.1.1 Teori Rasionalitas Nilai (Max Weber)
Weber lahir di Erfurt 1864, tapi dibesarkan di berlin. Ia adalah pencetus teori rasionalitas yang mempengaruhi tindakan-tindakan individu. Salah satu teori rasionalitas Max Weber adalah Rasionalitas Nilai. Ia mengatakan bahwa rasionalitas selalu berorientasi nilai dan yang penting adalah bahwa alat-alat merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungan dengan nilai-nilai yang bersifat absolute yang merupakan nilai akhir baginya. Nilai akhir juga bisa bersifat nonrasional. Lebih lagi komitmen dari tindakan nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan[2].
Dalam hubungan dengan topik tulisan ini adalah, proses rasionalitas individu sangat mempengaruhi pandangan individu yang menghambat pola perilaku dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai alat-alat yang merupakan obyek pertimbangan individu. Disini alat-alat atau obyek mempunyai nilai-nilai untuk mempengaruhi pertimbangan dan perhitungan bagi individu untuk mengambil tindakan demi mencapai tujuan-tujuan yang ada di dalam obyek tersebut. Jadi dalam proses ini adalah bagaimana individu melihat obyek sebagai tempat yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bermanfaat bagi dirinya.
2.1.2. Teori Fungsionalisme Struktural (Talcot Parson)
Dalam teori ini Talcot Parson berbicara tentang sruktur dan tindakan manusia. Tentang struktur dan system Talcot membagi ada empat imperatip fungsional yang diperlukan atau menjadi ciri dari seluruh sistem yakni, Adaptation/adaptasi, Goal Etainment/pencapai tujuan, integration/integrasi, dan latency/latensi, atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama keempat imperatip fungsional tersebut disebut sebagai skema AGIL. Agar berahan hidup keempat sistem harus menjalankan fungsi tersebut.
1. Adaptasi. Sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhan.
2. Pencapaian tujuan. Sistem harus mendefinisikan dan pencapaian tujuann utamanya.
3. Integrasi. System harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antara ketiga imperatip fungsional tersebut.
4. Latency. Pemeliharaan pola. Sistem harus melengkapi dan memlihara serta memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut[3].
Dalam hubungan dengan topik pada tulisan di atas dapat dijelaskan bahwa peran perpustakaan menjadi sarana atau instrumen yang dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung (mahasiswa) serta meningkatkan motivasi dan semangat dengan semakin mengkondisikan semua unsur yang berkontribusi demi memperlacar pelayanan dan meningkatkan kualitas pegeloalan perpustakaan pada umumnya dan kualitas pembelajaran mahasiswa pada khususnya.
2.2. Tinjauan Pustaka
2.2.1 Pegertian Pandangan dan Pandangan Hidup
Pengertian pandangan memiliki definisi yang bervariasi apabila dilihat dari pegertian pandangan itu sendiri dan pandangan dalam konteks yang lebih luas misalnya pandangan hidup. Pegertian pandangan adalah cara melihat terhadap suatu Obyek atau realitas. Pandangan juga adalah merupakan pendapat atau buah pikir manusia[4]. Jadi pandangan adalah bagaimana manusia memusatkan perhatiannya pada suatu obyek yang dipandang atau membayangkan sesuatu secara rasionalisasi tanpa mengunakan kontak alat indra (mata). Imbuk Stefanus. N Tim UK mengatakan Pandangan hidup adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara pandang manusia terhadap dunia dan kehidupannya secara rasional yang Nampak dalam realitas[5].
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pandangan hidup sebagai konsep yang dimiliki oleh sesorang atau golongan dalam masyarakat atau komunitas tertentu yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah di dunia ini. Lebih lanjut dalam bahasa Inggris, Pandangan hidup disebut dengan istilah world-view, yang dalam kamus longmen language activator didefinisikan sebagi the atitut that a person a group or nation has towords life and the word yang artinya, cara pandang yang dimiliki oleh satu orang, satu kelompok atau bangsa terhadap realitas kehidupan atau dunia[6].
Adapun istilah lain dalam bahasa inggris, yang mengandung pengertian pandangan hidup secara lebih khusus adalah vision/visi yang artinya melihat. Pegertian yang berlaku selanjutnya adalah penglihatan, daya lihat, pandangan, impian, khayalan, bayangan. Pegertian ini juga menegaskan bahwa visi adalah bentuk pandangan yang menumbuhkan suatu bayangan atau gambaran dan tekad membaja untuk menjelmakannya menjadi sebuah kenyataan. Dengan kata lain pandangan hidup sebenarnya merupakan seluruh pengetahuan informasi tentang kehidupan yang diterima seseorang’.sedangkan visi adalah suatu gambaran tetentu tentang sisi kehidupan tetentu, yang mempengaruhi seseorang, sehingga ia bersemangat untuk mewujudkannya menjadi kenyataan.
2.2.1.1. Definisi dan Pengertian pendapat/opini publik
Tujuan hubungan masyarakat adalah pengembangan pendapat/opini public yang menyenangkan dari sebuah lembaga social, ekonomi atau politik. Suatu pemahaman tentang proses pembentukan atau perubahan sikap merupakan dasar dari studi hubungan masyarakat. Pendapat atau opini publik bukan merupakan suatu ujud dengan bentuk dan sifat yang nyata tapi merupakan sekumpulan keyakinan, ilusi dan pandangan rasional maupun tak rasional yang menggambarkan sikap individu-individu yang membentuk publik. Untuk memahami sifat opini public akan sangat membantu jika kita membagi istilah itu ke dalam komponennya yaitu sifat “public” dan ciri dari “pendapat atau opini”
2.2.1.2. Arti Publik
Kata publik dari opini publik adalah sekelompok orang dengan kepentingan yang sama yang memiliki suatu pendapat yang sama mengenai suatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau bersifat kontroversial. Public memiliki kepentingan-kepentingan umum yang mempersatukan anggota-anggotanya, menciptakan suatu kesamaan pandangan dan mengarah pada kebulatan pendapat tentang persoalan.
2.2.1.3. Arti Opini
“Opini” menurut Webster New Kolegiate Dictionary, adalah “ suatu pandangan, keputusan atau taksiran yang terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan “tertentu”. Suatu opini adalah lebih kuat daripada suatu kesan dan lebih lemah daripada pengetahuan yang positip[7].
Dengan demikian maka pengertian opini publik adalah suatu ungkapan keyakinan yang menjadi pegangan bersama di antara anggota sebuah kelompok atau publik, mengenai suatu masalah controversial yang menyagkut kepentingan umum. Proses untuk pembentukan opini publik berasal dari pendapat-pendapat individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangan bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan oleh kelompok itu. Opini public biasanya diungkapkan setelah terjadinya pertentangan, pertikaian dan perdebatan mengenai beberapa masalah controversial yang menyangkut sistim nilai, doktirn, dan kesejahteraan sebuah kelompok. Dan dengan itu menurut Hennesy yang mendevinisikan opini publik adalah kompleksitas keyakinan yang diungkapkan oleh sejumlah orang tentang suatu persoalan mengenai kepentingan umum[8].
2.2.2. Pegertian Perpustakaan.
American Library Asosiation dalam Noerhayati, mengartikan perpustakaan “sebagai koleksi buku dan bahan pustaka lainnya yang diorganisasikan untuk keperluan membaca, konsultasi dan studi[9].
Menurut random house dictionary of the English language dalam saleh dan fahidin, perpustakaan adalah suatu tempat berupa sebuah ruangan atau gedung yang berisi buku-buku atau bahan lain untuk bacaan, studi atau rujukan.
Berdasarkan pengertian tersebut perpustakaan merupakan suatu empat untuk menyimpan koleksi buku-buku dan bahan seperti Koran, bibliografi dan sebagainya yang berisikan informasi mengenai kebutuhan belajar di perguruan tinggi.
Nurhayati mengatakan perpustakaan Perguruan Tinggi adalah suatu yunit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu Perguruan Tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharmanya[10].
Mujani A. Nurhadi dalam Sainudin mengatakan perpustakaan adalah suatu yunit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memlihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi[11].
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa maksud perpustakaan adalah menyediakan tempat untuk ilmu pengetahuan, informasi, tempat mengumpulkan, menyimpan, memelihara bahan-bahan pustaka serta memberi pelayanan kepada pemakai yang membutuhkan informasi.
2.2.3.Koleksi Perpustakaan.
Secara umum sumber informasi dapat diperoleh dari bahan cetakan seperti manuskrip, penerbitan berkala dan lain-lain serta bahan bukan cetakan seperti film, filmstrip, Videotape, alat-alat audiovisual dan sebagainya. Menurut sumardji perpustakaan sebagai koleksi bahan-bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya, maka koleksi tersebut dapat dibedakan seperti berikut.
1. Berdasarkan cara menghasilkannya, koleksi perpustakaan terdiri dari :
a. Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli misalnya manuskrip;
b. Koleksi berupa cetakan, misalnya buku-buku majalah-majalah, surat kabar;
c. Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun karya cetakan ke karya grafis dengan alat elektronik maupun fotografi, misalnya film, slide, dan lain-lainnya
2. Berdasarkan bentuknya koleksi perpustakaan terdiri dari :
a. Buku, seperti buku teks, fiksi maupun non fiksi, dan buku referensi seperti kamus, ensiklopedi, buku pegangan, bibliografi, peta, dan sebagainya.
b. Penerbitan pemerintah, seperti lembaran Negara, tambahan lembaran Negara, berita Negara, himpunan peraturan pemerintah, dan sebagainya.
c. Laporan penelitian seperti paper, skripsi, tesis, disertasi, majalah, surat kabar, karya-karya alihan, tulisan ataupun cetakan-cetakan yang telah dibuat menjadi film, serta manuskrip[12].
Koleksi perpustakaan yang baik adalah koleksi perpustakaan yang berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Koleksi tersebut harus memenuhi kebutuhan para pengguna perpustakaan. Bahan-bahan tersebut harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk memudahkan para pengunjung menggunakannya untuk keperluan membaca, konsultasi, dan belajar.
Mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi, harus memanfaatkan perpustakaan yang disediakan sebagai sarana untuk belajar. Dalam proses belajar mahasiswa, mereka dapat melakukan berbagai kegiatan belajar di perpustakaan termasuk memenuhi seluruh persyaratan-persyatan dan ketentuan-ketentuan yang diwajibkan kepadanya agar mereka dengan mudah mengakses segala informasi di dalam perpustakaan melalui membaca, menelaah, dan mendalami materi untuk menambah wawasan. Ini karena proses belajar di perguruan tinggi, menuntut mahasiswa untuk lebih kreatif dalam proses belajar mereka. Materi yang diberikan oleh dosen memerlukan pendalaman, pengelolaan, dan pengembangan oleh mahasiswa. Tempat yang sesuai untuk mencari informasi tambahan tersebut adalah perpustakaan.
Sehubungan dengan itu, setiap koleksi perpustakaan ataupun jenisnya harus disimpan dan didaftarkan dengan menggunakan sistem menagemen perpustakaan yang sesuai. Bahan-bahan tersebut diorganisasikan sedemikian adalah untuk memudahkan para pengunjung menggunakannya untuk keperluan membaca, konsultasi, dan belajar.
2.2.4. Jenis-Jenis Perpustakaan
Jenis- jenis perpustakaan yang ada di Indonesia tidak banyak berbeda dengan jenis- jenis yang umum terdapat di seluruh dunia. Dalam lampiran kepustakaan menteri pendidikan dan kebudayaan tertanggal 11 maret no. 0103/0/1998 jenis-jenis perpustakaan meliputi:
1. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional berkedudukan di ibu kota Negara berfungsi sebagai perpustakaan deposit nasonal terbitan asing dalam bidang ilmu pengetahuan, menjadi pusat bibliografi nasional, pusat informasi dan referensi serta penelitian, pusat kerja sama antar perpustakaan di dalam dan di luar negeri. Modalnya ialah integrasi perpustakaan museum pusat nasional, perpustakaan sejarah politik dan social, perpustakaan wilayah depertemen pendidikan dan kebudayaan Jakarta, serta bidang bibliogarfi dan deposit pusat pembinaan perpustakaan.
2. Perpustakaan Wilayah
Berkedudukan di pusat ibu kota propinsi, sebagai pusat kerjasama antar perpustakaan di wilayah propinsi, penyimpanan koleksi bahan pustaka yang menyangkut propinsi, semua terbitan di wilayah, pusat penyelenggara pelayanan referensi, informasi dan penelitian dalam wilayah propinsi. Menjadi unit pelaksana teknis pusat pembinaan perpustakaan.
3. Perustakaan Umum
Menjadi pusat kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian dan rekreasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Meliputi perustakaan umum daerah tingkat II di ibu kota kabupaten/kota madya, perpustakaan umum kecamatan dan perpustakaan umum di desa. Dibina dan dikembangkan dengan kerja sama antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
4. Perustakaan Keliling
Berfungsi sebagai perpustakaan umum yang melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan umum, dengan mengunjungi pusat pemukiman masyarakat merupakan peningkatan dan perluasan pelayanan perpustakaan wilayah/perpustakaan umum tingkat II.
5. Perpustakaan Sekolah
Berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar- mengajar, pusat penelitian sederhana, tempat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi.
6. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademik dan pendidikan tinggi lainnya, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi. Oleh karena itu perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi seperti dijurusan, fakultas, lembaga-lembaga dan pusat-pusat di lingkungan perguruan tinggi, maupun perpustakaan perguruan tinggi tersebut termasuk ke dalam jenis perpustakaan ini. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam pelaksanaan Tri Darma perguruan tinggi.
7. Perpustakaan Kusus/Dinas
Berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian serta sarana untuk memperlacar pelaksanaan tugas instansi/lembaga yang bersangkutan[13].
Jenis-jenis perpustakaan yang disebutkan di atas merupakan jenis-jenis perpustakaan yang memiliki kedudukan dalam wilayah pemeritahan tertentu dan juga dalam suatu lembaga atau instansi yang membawahinya. Meskipun memiliki perbedaan dalam penanganan tapi, perpustakaan merupakan tempat yang memiliki tujuan dan fungusi yang sama yakni menyimpan berbagai informasi sesuai dengan keperluan masing-masing baik itu pada instansi pemerintah maupun lembaga pendidikan rendah sampai pada perguruan tinggi.
2.2.5. Ruang Perpustakaan
Perpustakaan merupakan suatu kegiatan yang didalam pelaksanaan memerlukan ruang kusus. Keadaan ruang perpustakaan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil tidaknya penyelenggraan perpustakaan. Ini dimaksudkan sebagai bagian-bagian dari perpustakaan itu, bagaimana pembagiannya, perbandingan luas satu dengan yang lainnya. Letak, kondisinya, dan sebaginya. Penentuan ruangan perpustakaan harus memperhatikan jumlah mahasiswa jenis dan variasi perguruan tinggi , dan tingkatan atau jenjang program. Selain itu dalam pembangunan perpustakaan harus ada pertimbangan teknis seperti penerangan, pengaturan fentilasi, penyejukan, komunikasi, keamanan, dan lokasi perpustakaan[14].
kesimpulan dari penjelasan di atas adalah, untuk membangun ruangan perpustakaan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan, kapasitas, serta jenjang pendidikan yang ada dalam lembaga tersebut. Untuk itu pembangunan perpustakaan yang baik harus memenuhi standar-standar yang sesuai dengan kebutuhan sehingga perpustakaan itu dapat memberikan kemudahan, keamanan, dan keyamanan kepada para pengguna. Dengan demikian, untuk membangun ruangan perpustakaan demi mendukung proses belajar maka, sebelum mendesain pembangunan perpustakaan harus melewati sebuah perencanaan yang baik dan menagemen perpustakaan yang baik pula.
2.3. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh sebuah perguruan tinggi dan dikelola sepenuhnya oleh perguruan tinggi tersebut dengan tujuan membantu kelancara perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi.
Menurut Rusina pemuntjak, perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga Perguruan Tinggi, baik yang berupa perpustakaan unifersal, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademik, perpustakaan sekolah tingi maupun perpustakaan lembaga penelitian dalam lingkungan perguruan tinggi[15]. Walaupun terdapat berbagai ragam perpustakaan namun, semuanya mepunyai satu tujua yang sama, yaitu membantu perguruan tinggi dalam program pengajarannya. Perpustakaan akademik dan perpustakaan sekolah tinggi atau institute terbatas ruang lingkupnya, sesuai dengan bidang lingkup lembaga pendidikan dimana ia bergabung.
Perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam menunjang pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam bidang:
a. Pendidikan dan Pengajaran
Megumumpulkan, melestarikan, mengelola, menyediakan pemanfaatan, dan menyebarluaskan informasi yang sesuai dengan kurikulum yang memperkaya pengetahuan dosen dan mahasiswa demi peningkatan kualitas dan pengajaran serta penigkatan pegetahuan mahasiswa.
b. Penelitian
Muegumpulkan, melestarikan, menyediakan pemanfaatan dan penyebarluasan informasi yang relevan sebagai literatur bagi suatu penelitian.
c. Pengabdian Kepada masyarakat
Mengumpulkan, melestariakan, mengolah, menyediakan, pemanfaatan, dan menyebarluaskan informasi hasil penelitian ilmiah sebagai bahan yang dimanfaatakan oleh masyarakat luas[16].
2.3.1. Tujuan dan fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi yaitu untuk membantu menggerakan pelaksanaan kurikulum diperguruan tinggi yang bersangkutan. Menurut Noerhayati, tujuan khusus perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung, memperlancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi, melalui pelayanan informasi, pengelolaan informasi, dan pemanfaatan informasi[17].
Fungsi yang universal dari setiap pendidikan adalah bahwa perpustakaan harus menyaingi perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, Perguruan Tinggi harus peka dalam meghadapi dan mentransfer kemajuan informasi yang semakin maju dan canggih agar dapat disajikan dan dimanfaatkan.
Fungsi perpustakaan Perguruan Tinggi yang dikemukakan oleh Sulistyo Basuki ada empat antara lain:
1 Fungsi Edukatip
Perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan. Proses pengembangan potensi tersebut dapat dicapai dengan pemanfaatan informasi yang ada di perpustakaan.
2 Fungsi Informasi
Proses belajar bagi mahasiswa menuntut mahsiswa untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dan mengembangkannya dalam tugas individu, kelompok, dan terstruktur ataupun pembuatan makalah, masalah informasi bidang studi, masalah kewajiban yang berkaitan dengan tugas sebagai warga Negara dan masalah peningkatan mutu akademik dapat dipecahakan dengan menelusuri informsi yang ada di perpustakaan.
3. Menunjang Kegiatan Penelitian
Penelitian tanpa bahan dasar atau informasi dari perpustakaan tidak akan berhasil dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen dan mahasiswa dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan.
4. Sebagai Tempat Rekreasi dan Hiburan
Mahsiswa dapat mengandalkan perpustakaan untuk mengurangi ketegangan yang dialami setelah lelah belajar dengan bahan ringan dan menghibur seperti Koran, komik, dan majalah yang tersedia dalam perpustakaan[18].
Kesimpulan fungsi utama bagi sebuah perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang proses belajar mengajar di perguruan tinggi demi memperoleh informasi atau pengetahuan untuk menjawab tugas dan fungsi dari perpustakaan itu sendiri.
2.4. Pegertian Proses Belajar
Secara sederhana proses belajar atau lerning process merujuk pada aktivitas individu. Secara teknis para ahli psikolog mencoba memberikan batasan atau definisi yang beraneka ragam, namun semuanya berunjuk pada terjadinya proses perubahan tingkah laku individu dari definisi di atas kita mendapat pemahaman tentang belajar yaitu:
1. Bahwa belajar harus bisa megubah individu
2. Bahwa perubahan itu berasal dari hasil pengalaman
3. Bahwa perubahan itu terjadi dalam prilaku individu yang dengan cara mengolah informasi yang ada dan menerapkan.
Selain itu juga diungkapkan dua kelompok pandangan tentang belajar yakni operant conditioning dan instrumental Conseptualisme. Prinsip-prinsip operant Conditioning dapat dipahami dari pandangan dan hasil penelitian Skinner. Menurut Skiner bahwa proses belajar melibatkan tiga tahap berikut ini:
1. Adanya rangsangan atau stimulus atau situasi yang dihadapi oleh atau dihadapi murid.
2. Lahirnya perilaku atau behavior
3. Peguatan atau reinforcement yang mengikuti perilaku yang lahir
Menurut Bruner, Prinsip instrumental koseptualism adalah melihat proses belajar dari konsepsi psikologi kognitip. Selanjutnya ia berpandangan juga bahwa proses belajar bukan semata-mata lahir dari perilaku yang disebabkan oleh rangsangan yang diperkuat atau diperlemah oleh “ peguatan “ akan tetapi merupakan proses aktip dimana seseorang menyimpulkan prinsip-prinsip dan hukum atau kemudian megetesnya.
Dengan kata lain, belajar bukan hanya aktifitas yang sedang terjadi pada diri individu akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi atas usaha individu sendiri dengan cara mengelolah informasi yang ada dan menerapkannya. Skiner kurang member tekanan kepada potensi individu sedangkan Bruner justru memberikan tekanan pada potensi individu. Kedua pandangan tersebut sebenarnya tidak saling bertentangan, malah saling mengisi. Menurut konsepsi instrumental Conseptualism proses belajar meliputi tiga jenis aktivitasmental sebagai berikut.
1. Pemerolehan informasi
2. Pegelolaan informasi ke dalam bentuk layak untuk diterapkan
3. Pengetesan dan pengecekan kecukupan perubahan bentuk informasi itu.
Menurut burner proses informasi berlansung dalam tiga bentuk yakni:
1. Bentuk “enaktif” merupakan proses yang sangat operasional yang tidak menggunakan citra atau katakata tetapi berlangsung dalam bentuk tindakan.
2. Bentuk “iconic” merupakan yang sudah lebih maju dalam arti menggunakan bayangan atau imajinasi, meskipun belum menggunakan bahasa.
3. Bentuk “simbolik” merupakan proses yang sudah lebih dari imajinasi yakni sudah menggunakan bahasa[19].
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif yaitu menjelaskan tentang bagaimana pendapat atau pandangan mahsiswa tentang peran perpustakaan dalam mendukung proses belajar.
3.2. Unit Analisis
Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu para mahasiswa di Kampus Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat STPM Santa Ursula, Kelurahan Onekore, Kabupaten Ende.
3.3. Nara Sumber
Nara sumber atau sumber data yang diambil untuk mendukung penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diambil dari informan (10 orang) yang terdiri dari 5 orang mahasiswa 2 0rang pegawai perpustakaan dan 3 orang dosen.
3.4. Teknik Mengumpulkan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam tulisan ini maka penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Pengumpulan informasi melalui pengamatan terhadap obyek penelitian pandangan mahsiswa tentang pemanfaatan perpustakaan dalam menunjang proses belajar. laku mahasiswa dalam kaitannya dengan bagaimana perilaku mahasiswa dalam pemanfaatn perpustakaan kampus
2. Observasi
Teknik mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada obyek penelitian.
3. Dokumentasi
Mengumpulkan informasi dengan mengambil data-data di Bagian Administrasi Umum (BAU) dan Perpustakaan STPM Santa Ursula.
3.5. Skema Data
NO | TOPIK | DATA SET | SUBER | TEKNIK PENGUMPULAN DATA |
1 | Profil Kampus | 1 Sejarah -Visi -Misi 2 Luas 3 Letak 4 Yayasan 5 Nama Pimpinan PTS 6 Jumlah dosen a. Laki-Laki b. Perempuan 6 Jumlah pegawai a. Laki-Laki b. Perempuan 7 jumlah mahasiswa a. Laki-Laki b. Perempuan | Kantor sekretariat STPM | Dokumentasi |
2 | Profil Perpustakaan | 1 Jumlah ruangan 2 Jumlah Pegawai a. Laki-Laki b. Perempuan 3 Jumlah Buku 4 Jumlah judul 5 Sarana penunjang | Kantor Bagian a STPM | Dokumentasi |
3 | Pandangan Mahsiswa STPM Santa Ursula tentang peran perpustakaan dalam menunjang proses belajar. | 1 Perpustakaan 2 Pengelolaan dan Menagemen 3 SDM 4 pandangan Mahasiswa tentang dukungan a. pelayanan informasi b. pengelolaan informasi c. pemanfaatan informasi d. kualitas proses belajar mahasiswa | Informan | Wawancara |
3.6. Teknk Analisis Data
Teknik Yang Digunakan dalam menganalisis data adalah eskriptif kualitatip. Dalam hal ini data diperoleh dari wawancara observasi dan dokumentasi akan dianalisis secara cermat kemudian diklasifikasikan secara teoritis untuk mendapatkan sebuah kesimpulan.
3.7. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis memilih Perpustakaan Kampus STPM santa Ursula Kelurahan, Paupire, Kabupaten Ende sebaga tempat penelitian. Waktu yang digunakan menyelesaikan penelitian ini selama 3 bulan yakni Mey sampai dengan juni 2011.
BAB I
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah
STPM Santa Ursula adalah metamorfosis dari sebuah kursus non formal yang bernama kursus Pembimbing Tenaga Pembangunan Masyarakat (PTPM). Kursus ini mulai dirintis pada tanggal 1 februari 1972 atas kerja sama dengan pemerintah kabupaten Ende dan pihak Gereja Katolik dalam hal ini Keuskupan Agung Ende, untuk menjawab tuntutan kebutuhan akan kader pembangunan masyarakat pedesaan di NTT.
Yayasan Nusa Taruni Bakhti yang didirikan oleh perhimpunan Biarawati Ursulin di Indonesia yang berkedudukan di Ende dipercayakan untuk menyelenggarakan kursus dimaksud dengan lama kursus 1 (satu) tahun. Dalam usianya yang ke-10 (tahun 1982) kursus ini beralih menjadi lembaga pendidikan formal dan berubah status menjadi akademi dengan nama Akademi Pembangunan Masyarakat (APM) Santa Ursula. Pada tahun pertama APM hanya mengasuh satu jurusan yaitu Jurusan Administrasi Pembangunan dengan satu program studi yaitu Pembangunan Masyarakat. Peningkatan jenjang dari kursus ke akademik juga merupakan jawaban atas tuntutan kebutuhan pembangunan dari masyarakat itu sendiri. Perjuangan untuk memperoleh status dari pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi (akademi) baru diperoleh tahun 1986 dengan memperoleh status “Terdaftar“ pada tanggal 13 Mei 1986 sesuai demga SK. Mendikbud Nomor : 0358/0/1986 dan sekaligus berubah namanya menjadi Akademi Administrasi Pembangunan (AAP) Santa Ursula. Setelah cukup lama menyelenggarakan pendidikan akademis dengan status terdaftar, maka pada tangal 8 juni 1992 AAP Santa Ursula memperoleh status “Diakui” sesuain SK. Dirjen Dikti Nomor : 272/DIKTI/Kep/1992.
Beberapa tahun kemudian karena tuntutan jaman dan kebutuhan, timbulah keinginan dari citivitas akademika timbulah keingingnan dari sivitas akademika AAP Santa Ursula, Pemerintah Gerja, LSM, dan masyarakat untu meningkatkan jenjang ke sekolah tingggi maka pada tanggal 1 maret 1997 Senat AAP Santa Ursula mengajukan usulan ke Yayasan Nusa Taruni Bhakti untuk diproses ke jenjang sekoah Tinggi. Usulan tersebut baru di respon oleh Yayasan Pada bulan oktober 2000 untuk diproses sesuai dengan peraturan Perundang-undanga n yang berlaku. Kemudian pada tanggal 2 Agustus 2001 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengbulkan usulan itu dengan mengluarkan SK Nomor ; 112/D/O/2001 tentang Ijin Pendirian Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula.sekaligus ijin penyelengaraan dua program studi yakni Ilmu Sosiatri berjenjang S1 dan Pembangunan Masyarakat berjenjang D3. Pada saat itu pula Akademi Akademi Administrasi Pembangunan (AAP) Santa Ursula secara resmi berubah namanya menjadi Sekolah Tinggi Pembagunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula.
4.2. Visi Misi
Visi : “ Lembaga Pendidikan Katolik yang Profesional dan kominitas pembelajaran yang kritis, kreatif, dan inofatipf dalam mengintegrasikan ilmu, iman serta nilai-nilai keamnusiian seturut semangat Santa Angela “.
Misi :
1. Menyelengarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas dan terprogram.
2. Mengembangkan potensi dan keterampilan komunitas pembelajaran secara kritis, kreatif dan inofatif.
3. Menanamkan semngat Santa Angela pada diri setiap pribadi agar dapat mengintegrasikan ilmu, iman dan nilai-nilai kemanusiaan untuk menjawab tantangan jaman dan mewujudkan SERVIAM dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menanamkan kecintaan kepada budaya dan agama serta membangun kepedulaian terhadap sesame dan alam ciptaan.
5. Menyaipkan kader-kader yang profesional dalam pembaharuan dan pemberdayaan masyarakat.
6. Menciptakan suasana akadenis yang demokratis, bermartabat, berkeadilan dan cinta kasih.
7. Membangun kerja sama dengan berbagai pihak kerazaskan kemitaraan yang sinergis.
4.3. Yayasan
Nama Yayasan : Yayasan Nusa Taruni Bhakti Ende, Alamat Yayasan : Jl. Wirajaya No. 3 Kotak Pos 33 Telp. 0318-2186 Ende Flores
Ketua Yayasan : Dra. Sr. kristofora Nou, OSU,M.Pd.
4.4. Nama Pimpinan PTS
1. Ketua
2. Puket 1
3. Puket 11
4. Puket 111
5. Tanggal berdirinya
6. Alamat
7. No. Telp./Fax.
8. Email
9. Dies Natalis
10. Status
11. Status Perpanjangan
12. Status Perpanjangan Ijin Program Studi:
1 | Pembangunan Masyarakat | 922/D/T/2007 | 20 April 2007 | 20 April 2010 |
2 | Ilmu Sosiatri | 582/D/T/2008 | 6 Maret 2118 | 2 Agustus 2012 |
DAFTAR PUSTAKA
Bernard T. Adeney, Etika Sosial Lintas Budaya, Yogyakarta,
Kanisius, 2007
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta TP
Gramedia, 1986
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta Balai Pustaka Indonesia, 1998
George Ritser Douglas, Teori-Teori Sosial Klasik Sampai Teori Post
Modern, Yogyakarta Pt Gramedia, 2004
Jenny Teicman, Etika Sosial, Yogyakarta, Kanisius, 1998
Mukminan, Pendidikan Ilmu Sosial, Yogyakarta UNY, 2000.
Stompka Piot, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta Penada
Gramedia, 2004
Sutarto, Perpustakaan dan Masyarakat, Yogyakarta CV Sagung
Seto
Drs. A. Suherlan Muchyidin, M.A., Drs. Iwa D. Sasmitamihardja,
Panduan penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi,
Bndung PT Puri Pustaka, 2008
http/Etnosog Wordpres,Com, tgl 20 April 2011
http/www, Infoskripsi com, Pegertian Perilaku, tgl 21 April 2011
http/www, Masofa Wolpres Com, Teori Umum Tentang Perilaku
menyimpang, tgl 25 April 2011
http/www, Warienteko, wordpres com/test, tgl 25 April 2011
http/Perpus roendy, zblogspot Com, Perpustakaan Perguruan
Tinggi, tgl 24 April
[6] http/Infoskripsi com, tgl 9 Mei 2011
[8] http/www Masofa Wolpres Com, tgl 8 Mei 2011
[9] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka Indonesia, hal.29
[10] Sutarto Pepustakaan Dan Masyaraka, CV Sagung Seto, 2006, hlm. 69
[11] Badan Litbang Penerangan RI, Media Pustakawan Penerangan,199, hlm.2
[12] Drs. Suherlan Muchyidin, M.A. Drs. Iwa D. Sasmithamihardja, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan TInggi, Bandung PT Puri Pustaka, 2008, hlm. 80
[13] Sutarno,Perpustakaan Dan Masyarakat, CV Sagung Seto, 2006, hlm. 56
[14] Opcit, hlm 56
[15] http/Perpus Roendi, Blogpot Com, Perpustakaan Perguruan TInggi, tgl 24 April
[16] Drs A. Suherlan Muchyidin, M.A. ,Drs. Iwa D. Saithamiharja, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi, Bandung PT Puri Pustak,2008, hlm. 56
[17] Opcit, hlm. 56
[18] http/Wawan Junaidi blogspot com/Fungsi Perpustakaan Sekolah
[19] http/www, Educatioan Proses Com, tgl 10 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar