Jumat, 18 Oktober 2013

SKRIPSI upaya-upaya yang dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan minat baca mahasiswa di lingkup STPM St. Ursula.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Dalam era globalisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern, telah mempengaruhi berbagai aktivitas manusia di setiap aspek pembangunan, baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun dalam bidang pendidikan. Perkembangan tersebut telah banyak meninggalkan korban terutama bagi mereka yang tidak sanggup menerima perubahan secara selektif.
Seiring dengan arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap orang dituntut untuk menjalankan pola hidupnya agar mampu bertahan dalam derasnya arus perubahan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dari perkembangan ini adalah kesiapan mental melalui pola tingkah laku dan cara hidup masyarakat untuk menerima segala bentuk perubahan dan pembaharuan dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Kelompok masyarakat yang rentan dan kerap kali terseret dalam arus perubahan jaman adalah mahasiswa. Munculnya beberapa sarana iptek seperti Hand Phone (HP), internet, menyeret generasi muda untuk lebih tekun dengan pemanfaatan telepon genggamnya atau internet (apalagi mengakses situs-situs terlarang) ketimbang mengisi waktu untuk mempersiapkan diri membaca buku, mengunjungi perpustakaan, atau mengasah ketrampilan diri lainnya agar kelak mampu bersaing dan siap menghadapi sejumlah tuntutan.  
Ketersediaan perpustakaan dengan sejumlah koleksi buku disebuah lembaga pendidikan adalah syarat mutlak yang wajib dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan. Namun demikian, jika tidak diikuti dengan upaya mendorong minat baca para peserta didik untuk memanfaatkan perpustakaan, maka perpustakaan dan isinya akan menjadi mubazir ibarat membangun gedung kosong ditengah hutan. Perpustakaan adalah sarana  pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat memperkaya dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
Pada dasarnya perpustakaan adalah gudang ilmu pengetahuan di mana terdapat berbagai sumber-sumber pengetahuan yang diperoleh melalui buku-buku pelajaran ataupun sejenis refrensi lainnya seperti media cetak maupun surat kabar. Menurut Darmono perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan[1]. Semakin giat dalam membaca dan mengunjungi perpustakaan maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang didapat.
Fenomena kurangnya (semakin menurunnya) jumlah kunjungan mahasiswa pada perpustakaan sekolah saat ini semakin mengejala pada sejumlah lembaga pendidikan baik ditingkat dasar maupun pada tingkat pendidikan tinggi. Misalnya pada perpustakaan STPM St. Ursula, rata-rata jumlah kunjungan mahasiswa dalam sehari hanya mencapai 10-15 orang dalam 1 (satu) jam[2]. Kunjungan tersebut hanya dilakukan untuk meminjam buku, atau membaca surat kabar guna menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Hal ini berarti bahwa tuntutan mengunjungi perpustakaan bukan karena kebutuhan mahasiswa tetapi oleh karena tuntutan tugas yang diberikan dosen. Dengan demikian akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki mahasiswa.
Fenomena ini jika terus dibiarkan maka kualitas mahasiswa akan terus merosot. Pihak Sekolah Tinggi tentu akan memikirkan jalan pemecahan terutama upaya untuk mendorong minat mahasiswa agar mampu memanfaatkan perpustakaan secara maksimal. Atas dasar pikiran tersebut maka penulis merasa terdorong untuk merumuskan laporan ilmiah dengan mengangkat judul UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA MAHASISWA, studi di lingkup STPM Santa Ursula.

1.2.      Rumusan Masalah
        Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan minat baca mahasiswa di lingkup STPM St. Ursula.

1.3.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.       Untuk mengetahui profil STPM Santa Ursula.
2.       Untuk mengetahui minat baca mahasiswa STPM St. Ursula
3.       Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Perpustakaan STPM St. Ursula dalam meningkatkan minat baca mahasiswa .

1.4.      Kegunaan Penulisan
Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari penulisan  ini adalah :
1.       Sebagai sumber informasi bagi pihak STPM khususnya para mahasiswa untuk dapat memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia secara umumnya ke arah yang lebih baik.
2.       Sebagai kontribusi pemikiran bagi semua pihak dalam mengelola perpustakaan.
3.       Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi pada jenjang Diploma Tiga (D3) pada lingkup STPM Santa Ursula.

1.5.      Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penulisan karya ilmiah ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai landasan atau dasar dari seluruh rangkaian kegiatan penulis dalam menyusun karya ilmiah. Sistematika yang dipakai adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
        Bab ini terdiri dari :
1.1.      Latar Belakang
1.2.      Permasalahan
1.3.      Tujuan
1.4.      Kegunaan
1.5.      Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat pendapat para ahli atau ilmuwan serta penjelasan tentang hal–hal yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang di angkat.
BAB III : PROFIL WILAYAH / LOKASI
Bab ini berkaitan dengan lokasi atau wilayah penelitian, dimana penulis mengambil data dalam melengkapi dan menyusun karya ilmiah.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini mengkaji lebih jauh terhadap permasalahan – permasalahan yang terjadi sehubungan dengan judul yang di angkat.
BAB V : PENUTUP
1.           Kesimpulan
2.           Saran / Rekomendasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

       Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa pandangan yang dan pendapat para ahli yang berhubungan dengan upaya mengembangkan minat baca mahasiswa sehingga dapat lebih intens mengunjungi perpustakaan.

2.1.      Perpustakaan sebagai Sumber Belajar
Perpustakaan sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar yang sangat penting daam memacu tercapainya tujuan pendidikan sekolah. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kejiwaan peserta didik[3]. Dengan demikian hakekat perpustakaan sekolah adalah sumber belajar dan sumber informasi belajar bagi peserta belajar/warga sekolah.
Lebih lanjut, Wafford sebagaimana dikutip Darmono merumuskan pengertian perpustakaan sebagai satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan[4].
Hal ini juga diungkapkan Yosep Mbulu yang menyatakan bahwa perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaannya. Beberapa pertimbangan yang memperkuat gagasan tersebut adalah :
a.    Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar dilingkungan sekolah;
b.    Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen system pengajaran
c.    Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran,
d.   Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta belajar dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi[5].
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan salah satu dari berbagai sumber belajar yang tersedia dilingkungan sekolah. Menurut Yoseph Mbulu, terdapat dua macam sumber belajar yang bisa ditemukan disekolah yakni, 1) sumber belajar yang dirancang atau dibuat untuk digunakan sebagai sumber belajar seperti buku teks, buku paket, slide, film, video dan sebagainya. 2) sumber belajar yang tidak dirancang yaitu situasi disekiat kita, lingkungan hidup, pasar dan lain-lain[6]. Dengan demikian perpustakaan masuk pada kategori kelompok pertama karena perpustakaan menyediakan sumber – sumber tersebut.      
2.2.      Upaya Mengembangkan Minat Baca
Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus terhadap bahan bacaan. Minat membaca sangat berpengaruh terhadap ketrampilan membaca.
Menurut Darmono, tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baru. Namun demikian terdapat tujuan-tujuan yang lebih khusus yakni :
1)   Membaca untuk tujuan kesenangan;
2)   Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan
3)   Membaca untuk melakukan suatu pekerjaan.  
Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Menurut Darmono, dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan[7]. Hal ini dimaksudkan bahwa motivasi tidak saja untuk perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.
Lebih lanjut upaya untuk mengembangkan minat baca perlu melibatkan beberapa unsur misalnya, anak didik/ siswa/mahasiswa, guru/dosen, sekolah secara kelembagaan, orang tua dirumah, lingkungan dan pemerintah atau lembaga-lembaga masyarakat yang berminat. Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal, sedangkan dorongan dari pihak lain bersifat eksternal.  

2.3.      Minat Baca
Apabila seseorang menaruh perhatian tehadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin menumbuh kembangkan minat. Menurut Hurlock sebagaimana dikutip oleh Tomi Dermawan mengatakan bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah Ia [8] Minat dapat menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Di samping itu Natawijaya dalam buku Pengembangan Minat mengatakan minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kamauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan[9]. Lebih lanjut  Soesilowindradini yang dikutip Natawijaya mengatakan suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan[10]. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama sebagaimana dikutip oleh Natawijaya menjabarkan karateristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif[11]. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan Slameto dalam Tomi Darmawan yang menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya[12].
Dari beberapa pendapat para ahli di atas tentang minat, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap sesuatu hal yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Minat baca merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk membaca dan menguasai materi yang dibaca entah itu berupa informasi, pendidikan, hiburan maupun materi lainnya yang disajikan dari suatu sumber bacaan.  

2.2. Mahasiswa
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang-orang yang melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi[13]. Mahasiswa selalu mempunyai kedudukan yang lebih di mata masyarakat. Karena mereka menganggap bahwa mahasiswa adalah jaminan di dunia kerja. Selepas dari itu, mahasiswa harus belajar dengan baik agar berhasil di dunia kerja. Menurut fakta, masih banyak lulusan mahasiswa yang menjadi pengangguran. Jadi tidak sepenuhnya anggapan dari masyarakat tentang mahasiswa itu benar. Mahasiswa mempunyai peranan yang amat penting bagi masyarakat. Selain belajar, mahasiswa merupakan penyalur aspirasi rakyat ke pemerintah. Mahasiswa adalah harapan rakyat. Tetapi pada kenyataanya, pada jaman sekarang mahasiswa dapat dibedakan menjadi dua. Mahasiswa yang hanya mengejar keberhasilan di dunia kerja dan mahasiswa yag tidak hanya mengejar keberhasilan tetapi juga sebagai penyalur aspirasi. Mereka mengemban amanat dari seluruh masyarakat Indonesia.
Berbeda dengan mahasiswa jaman sekarang. Sebagian besar mahasiswa hanya mau mengejar keberhasilan saja. Mereka seakan tidak peduli dengan segala keluhan-keluhan masyarakat terhadap pemerintah. Hanya sedikit mahasiswa yang mau menyalurkan aspirasi masyarakat, mereka adalah harapan bagi masyarakat. Marilah kita sebagai mahasiswa menyatukan langkah sebagai pengemban amanat dari masyarakat. Kita adalah harapan dari masyarakat.

2.3. Perpustakaan
Perkembangan perpustakaan menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya[14]. Dari istilah pustaka berkembanglah istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1.   Pustakawan adalah orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
2.   Kepustakaan adalah bahan-bahan yang menjadi acuan atau bacaan dalam menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya.
3.   Ilmu perpustakaan adalah bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa-jasa lainnya kepada masyarakat.
4.   Kepustakawanan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustakaan dan prosfesi kepustakawanan.
Menurut  Basuki Sulistyo sebagaimana yang dikutip Darmono mengatakan bahwa perpustakaan diartikan sebagai sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual[15]. Lebih lanjut Darmono mengatakan bahwa perpustakaan adalah fasilitas khusus atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi[16].
Dari pendapat di atas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pengertian perpustakaan adalah suatu unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengolahnya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya.

BAB III
PROFIL STPM ST. URSULA
3.1.      Sejarah
STPM Santa Ursula adalah metamorfosis dari sebuah kursus non formal yang bernama kursus Pembimbing Tenaga Pembangunan Masyarakat (PTPM). Kursus ini mulai dirintis pada tanggal 1 Pebruari 1972 atas kerja sama dengan pemerintah kabupaten Ende dan pihak Gereja Katolik dalam hal ini Keuskupan Agung Ende, untuk menjawab tuntutan kebutuhan akan kader pembangunan masyarakat pedesaan di NTT. 
Yayasan Nusa Taruni Bhakti yang didirikan oleh perhimpunan Biarawati Ursulin di Indonesia yang berkedudukan di Ende dipercayakan untuk menyelenggarakan kursus dimaksud dengan lama kursus 1 (satu) tahun. Dalam usianya yang ke-10 (tahun 1982) kursus ini beralih menjadi lembaga pendidikan formal dan berubah status menjadi akademi dengan nama Akademi Pembangunan Masyarakat (APM) Santa Ursula.  Pada tahun pertama APM hanya mengasuh satu jurusan yaitu Jurusan Administrasi Pembangunan dengan satu program studi yaitu Pembangunan Masyarakat. Peningkatan jenjang dari kursus ke akademi juga merupakan jawaban atas tuntutan kebutuhan pembangunan dari masyarakat itu sendiri. Perjuangan untuk memperoleh status dari pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi (akademi) baru diperoleh tahun 1986 dengan memperoleh status “Terdaftar” pada tanggal 13 Mei 1986 sesuai dengan SK. Mendikbud Nomor : 0358/O/1986 dan sekaligus berubah namanya menjadi Akademi Administrasi Pembangunan (AAP) Santa Ursula. Setelah cukup lama menyelenggarakan pendidikan akademis dengan status terdaftar, maka pada tanggal 8 Juni 1992 AAP Santa Ursula memperoleh status “Diakui” sesuai SK. Dirjen Dikti Nomor : 272/DIKTI/Kep/1992.
Beberapa tahun kemudian karena tuntutan jaman dan kebutuhan, timbullah keinginan dari civitas akademika AAP Santa Ursula, Pemerintah, Gereja, LSM dan Masyarakat untuk meningkatkan jenjang ke Sekolah Tinggi maka pada tanggal 1 Maret 1997 Senat AAP Santa Ursula mengajukan usulan ke Yayasan Taruni Bhakti untuk diproses ke jenjang Sekolah Tinggi. Usulan tersebut baru direspon oleh Yayasan pada bulan Oktober 2000 untuk diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian pada tanggal 2 Agustus 2001 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  mengabulkan usulan itu dengan mengeluarkan SK Nomor ; 112/D/O/2001 tentang Ijin pendirian Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula sekaligus Ijin Penyelenggaraan dua Program Studi yakni Ilmu Sosiatri berjenjang S1 dan Pembangunan Masyarakat berjenjang D3. Pada saat itu pula Akademi Administrasi Pembangunan (AAP) Santa Ursula secara resmi berubah namanya menjadi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula.


3.2.      VISI DAN MISI
3.2.1.        Visi

Visi merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dikejar dan diupayakan pemenuhannya berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Visi juga diartikan sebagi suatu kondisi, keadaan yang dicita-citakan oleh sebuah organisasi. Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, STPM St. Ursula merumuskan visi organisasinya sebagai berikut : “Lembaga Pendidikan Tinggi Katholik yang profesional dan komunitas pembelajar yang kritis, kreatif dan inovatif dalam mengintegrasikan ilmu, iman serta nilai-nilai kemanusiaan seturut semangat Santa Angela”.
Visi tersebut menjadi bagian dari seluruh aktivitas dan pelayanan pendidikan di lembaga pendidikan ini. Upaya pencapaiannya harus diikuti dengan komitmen dan semangat dari semua komponen baik Dosen, Pegawai, Mahasiswa maupun Yayasan penyelenggara sehingga out put yang dihasilkan menjadi lebih kritis, kreatif dan inovatif serta mampu menghayati nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupannya sehari-hari.
3.2.2.        Misi  
Untuk mewujudkan visi tersebut, STPM St. Ursula menetapkan sejumlah misi yang akan dilakukan dalam semua bidang pelayanannya. Adapun misi yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.   Menyelenggarakan pendidikan & pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas dan terprogram.
2.   Mengembangkan potensi dan ketrampilan komunitas pembelajaran secara kritis, kreatif dan inovatif.
3.   Menanamkan semangat Santa Angela pada diri setiap pribadi agar dapat mengintegrasikan ilmu, iman dan nilai-nilai kemanusiaan untuk mejawab tantangan jaman dan mewujudkan SERVIAM dalam kehidupan sehari-hari.
4.   Menanamkan kecintaan pada budaya dan agama serta membangun kepedulian terhadap sesama dan alam ciptaan.
5.   Menyiapkan kader-kader yang profesional dalam pembaharuan dan pemberdayaan masyarakat.
6.   Mencipatakan suasana akademis yang demokratis, bermartabat, berkeadilan dan cinta kasih.
7.   Membangun kerja sama dengan berbagai pihak berazaskan kemitraan yang sinergis.
Ketujuh misi tersebut mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan satu kesatuan yang utuh menuju pencapaian visi di atas. Misi di atas tidak saja mencakup bidang utama yang menjadi urusan perguruan tinggi yang terkandung dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, akan tetapi mencakup upaya menyiapkan suasana akademis yang demokratis, membangun kerja sama dan yang lebih penting adalah sebuah komitmen untuk menanamkan, memperkenalkan dan memperkuat  nilai-nilai kemanusiaan bagi peserta didiknya.    

3.3.      Status Program Studi :
Saat ini STPM St. Ursula masih mengelola dua program studi yakni program studi pembangunan masyarakat dan program studi ilmu sosiatri. Kedua program studi tersebut dijalankan atas dasar Surat Keputusan ijin penyelenggaraan yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Tinggi.  Dalam kaitan dengan status kedua program studi tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:
        
NO.
Program Studi
No.SK
Tgl.SK
Tgl AKreditasi
1.

Pembangunan Masyarakat
922/D/T/2007
20 April 2007
20 April 2010
2.

Ilmu Sosiatri
582/D/T/2008
6 Maret 2008
2     Agustus 2012
Sumber : BAAK STPM St. Ursula, September 2010

3.4.      Sarana dan Prasarana dan Status Kepemilikan

STPM St.Ursula terletak di wilayah kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. STPM St. Ursula merupakan lembaga pendidikan milik suster-suster ursulin. Letak bangunannya berada di dalam kompleks pendidikan Biarawati Ursulin, dengan luas tanah seluruhnya 37,470 m2 dan luas tanah untuk kampus 11,466 m2, dengan batas wilayah : sebelah utara berbatasan dengan jalan wirajaya, sebelah selatan berbatasan dengan kebun warga, timur berbatasan dengan kompi c, barat berbatasan dengan Gereja St. Yosep Onekore. Prasarana utama seperti tanah dan bangunan perkuliahan, perpustakaan, kantor merupakan milik yayasan Nusa Taruni Bhakti sebagai badan hukum penyelenggara. Disamping itu Yayasan Nusa Taruni Bhakti juga sudah melengkapinya dengan berbagai macam sarana utama maupun sarana penunjang kegiatan perkuliahan secara mandiri. Gedung kampus dan kantor terdiri dari satu lokasi, yang semuanya merupakan bangunan permanen berlantai satu dan berlantai dua.

3.5.      Keadaan Mahasiswa menurut jenis kelamin dan semester.

STPM St. Ursula adalah sebuah lembaga pendidikan yang terdiri dari dua jurusan dan dua program studi yaitu jurusan Sosiatri, program studi ilmu sosiatri , dan jurusan administrasi pembangunan program studi pembangunan masyarakat. Sistem perkuliahan di bagi atas dua kelas, yaitu kelas A yakni bagi mahasiswa yang belum bekerja, dengan jadwal perkuliahan dilaksanakan pada pagi hari, dan kelas B bagi mahasiswa yang sedang bekerja, dengan jadwal perkuliahan dilaksanakan pada sore hari.
Berdasarkan data yang diperoleh pada BAAK, kondisi mahasiswa yang diambil per bulan September tahun 2010 bejumlah 485 orang. Data yang diambil belum termasuk kondisi mahasiswa tahun ajaran 2010/2011 karena pihak BAAK masih dalam proses melengkapi data-data tahun ajaran baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :



Tabel 01
Data Mahasiswa Menurut Semester dan Jenis Kelamin
No.
Semester
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
perempuan
1
IIA
37
27
64
2
IIB
65
38
103
3
IVA
35
21
56
4
IVB
48
39
87
5
VIA
26
15
41
6
VIB
26
27
53
7
VIIIA
9
10
19
8
VIIIB
19
22
41
9
VID3
2
6
8
10
X
8
5
13


275
210
485
Sumber: BAAK STPM St. Ursula, September 2010
Berdasarkan tabel di atas , maka dapat di katakan bahwa dari keseluruhan populasi Mahasiswa  STPM St.Ursula lebih di dominasi oleh kaum laki-laki dengan jumlah 275 orang.

3.6.       Data mahasiswa berdasarkan daerah asal
Pada umumnya mahasiswa STPM St. Ursula berasal dari berbagai daerah/kabupaten baik dari daratan Flores dan Lembata maupun berasal dari luar kepulauan tersebut. Secara lengkap data mahasiswa sampai dengan kondisi per bulan September 2010 adalah sebagai berikut : 

Tabel 02
Data Mahasiswa menurut asal Kabupaten
No.
Asal Kabupaten
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
perempuan
1
Flores Timur
15
6
21
2
Sikka
10
2
12
3
Lembata
11
5
16
4
Ende
131
117
248
5
Nagekeo 
44
32
76
6
Ngada
24
21
45
7
Manggarai 
7
4
11
8
Manggarai Timur
6
6
12
9
Manggarai Barat
11
9
20
10
Laian-lain
16
8
24
Sumber Data : BAAK STPM St. Ursula.

Dari tabel di atas, maka dapat di ketahui bahwa Mahasiswa STPM St. Ursula lebih di dominasi oleh mahasiswa yang berasal dari kabupaten Ende dengan jumlah sebanyak 248 orang. Hal ini karena mahasiswa STPM St.Ursula lebih di dominasi oleh kelas B (Mahasiswa yang sedang bekerja) baik dari kabupaten Ende, maupun dari kabupaten lainnya yang sudah lama berdomisili dan menjadi penduduk tetap di kabupaten ini. Yang menjadi urutan kedua dan ketiga adalah mahasiswa yang berasal dari kabupaten Nagekeo sebanyak 76 orang, dan kabupaten Ngada sebanyak 45 orang. Urutan keempat sampai kesepuluh adalah mahasiswa yang berasal dari : kabupaten lain di luar pulau flores sebanyak 24 orang, kabupaten Flores Timur sebanyak 21 orang, kabupaten Manggarai Barat 20 orang, kabupaten Lembata sebanyak 16 orang, kabupaten Manggarai Timur sebanyak 12 orang, kabupaten Sika sebanyak 12 orang, dan kabupaten Manggarai sebanyak 11 orang.









BAB V
PEMBAHASAN

5.1.      Pemaparan Data
5.1.1.         Minat Baca Mahasiswa
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan perpustakaan STPM St. Ursula dalam mengembangkan minat baca mahasiswa maka perlu diuraikan terlebih dahulu gambaran tentang kondisi minat baca mahasiswa STPM St. Ursula secara keseluruhan. Hal ini sangat diperlukan untuk melihat secara objektif kondisi minat baca mahasiswa ecara keseluruhan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola perpustakaan STPM St. Ursula, Bapak Domitius Pau, dikatakan bahwa :
Minat baca mahasiswa masih sebatas untuk menyelesaikan tugas dari dosen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran untuk membaca sebagai sebuah kebutuhan masih digolongkan sangat minim. Tujuan mereka masuk perpustakaan umumnya meminjam buku, membaca Koran/majalah, mencari sumber referensi. Rata-rata kunjungan mahasiswa setiap hari hanya mencapai 15 orang. Sedangkan jam pelayanan yang berlaku selama ini yakni 07.30 – 14.00.

Gambaran pengelola perpustakaan di atas menyatakan bahwa motivasi kunjungan ke perpustakaan berasal dari luar pribadi mahasiswa. Hanya karena ada dorongan menyelesaikan tugas, sehingga mahasiswa dapat masuk perpustakaan untuk tujuan tersebut. Tujuan mengunjungi perpustakaan hanya sebatas meminjam buku, membaca Koran dan mencari referensi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Dalam kaitan dengan jumlah kunjungan mahasiswa tercatat hanya 15 orang per hari. Hal ini erat kaitan juga dengan jam pelayanan yang berlaku di perpustakaan yang melayani mahasiswa hanya di waktu pagi hari. Sedangkan jam kuliah efektif juga berlaku untuk sore pkl. 16.00 – 20.30.
Terkait dengan minat baca mahasiswa, hasil wawancara dengan mahasiswa semester V Darius Waga menyatakan bahwa :
Dalam seminggu saya mengunjungi perpustakaan 3 kali, tujuannya untuk mencari tugas harian yang diberikan oleh dosen, selain itu mencari pengetahuan baru, membaca opini dan menemukan inspirasi baru

Pandangan di atas menyatakan bahwa kunjungan ke perpustakaan jika ada tugas harian dari dosen, dan mencari pengetahuan baru. Jumlah kunjungan dalam seminggu hanya mencapai 3 kali menunjukan tingkat kebutuhan mahasiswa terhadap perpustakaan sangatah rendah.
Sejalan pendapat di atas, beberapa mahasiswa semester III yakni maria Karolina ngatu dan maria Magdalena lela mengatakan bahwa
Jumlah kunjungan ke perpustakaan dalam seminggu hanya mencapai 3 kali. Tujuan kami ke perpustakaan adalah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, dan membaca buku-buku untuk menambah wawasan kami.

Sementara itu menurut penuturan mahasiswa semester IX atas nama Floretius Tijan Panga mengatakan bahwa :
Saat masih menjadi mahasiswa, saya jarang masuk perpustakaan. Kalaupun ke perpustakaan, tujuannya hanya untuk mengerjakan tugas yang diberikan Dosen. Rata-rata yang masuk perpustakaan dalam sehari 10 – 15 orang. Memang jumlah minat baca mahasiswa kita di sini sangatlah rendah.
Beberapa ungkapan mahasiswa di atas menunjukkan bahwa minat baca mahasiswa masih sangat rendah. Kondisi ini sangat mempengaruhi cara berpikir mereka terhadap kehadiran perpustakaan di sebuah sekolah hanya untuk membantu mereka menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dalam kaitan dengan kondisi yang sangat prihatin ini, ditelusuri alasan yang mendasari sikap dan tindakan mahasiswa tersebut, menurut penuturan bapak Domitius Pau dikatakan bahwa :
System pembelajaran kita yang masih belum memicu dan memacu minat baca mahasiswa, dalam arti bahan kuliah selalu disiapkan oleh dosen dan langsung digunakan oleh mahasiswa untuk menjawab soal yang diberikan.

Metode pembelajaran dipandang sangat berkontribusi bagi rendahnya minat baca mahasiswa. Menurut ungkapan di atas minat baca akan dapat didorong jika metode pembelajaran dikembangkan lebih luas, tidak saja terpaku pada referensi yang digunakan dosen. Akan tetapi mahasiswa diberi keleluasan untuk mencari referensi dan memanfaatkannya untuk pengembangan pengetahuannya.    
Sementara itu, alasan yang disampaikan mahasiswa terkait dengan rendahnya daya dorong untuk membaca, semua mahasiswa di atas yang diwawancara mengatakan hal yang sama bahwa :
Semuanya tergantung pada kebutuhan/kesadaran masing-masing pribadi. Kami hanya melihat mungkin Karena masing-masing mempunyai urusan sendiri-sendiri sehingga soal ke perpustakaan atau tidak itu menjadi urusan pribadi. 

Pandangan mahasiswa di atas tidak menyebutkan alasan secara tegas mengapa mereka jarang mengunjungi perpustakaan. Dari jawaban yang disampaikan menunjukkan bahwa urusan membaca atau mengunjungi perpustakaan itu tergantung pada kemauan/kebutuhan orang-perorangan. Sehingga di antara mereka tidak ada yang saling mengingatkan atau mendorong untuk memanfaatkan perpustakaan guna menambah wawasan berpikir.

5.1.2.         Upaya meningkatkan minat baca
Mengembangkan minat baca mahasiswa adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Mengapa demikian, hal ini karena mahasiswa adalah pribadi yang sudah beranjak dewasa dengan segala karakteristik dasar yang telah dimiliki, belum tentu dapat dirubah. Berbeda dengan mendorong anak-anak, upaya untuk membentuk masih dapat dilakukan oleh pihak manapun karena masa anak-anak adalah masa untuk mencari bentuk, jika ada bentuk kepribadian yang baik dan dianjurkan untuk diikuti pasti anak akan mengikutinya.
Namun demikian, sesulit apapun menghadapi karakteristik mahasiswa, upaya-upaya untuk mencerdaskan anak bangsa harus dilakukan dengan sejumlah metode pendekatan. Misalnya yang terjadi di STPM St. Ursula, upaya untuk mendekatkan mahasiswa dengan dunia baca sudah dilakukan sejak dini saat mahasiswa mulai diperkenalkan dengan cara belajar di perguruan tinggi. Misalnya pada saat ospek, mahasiswa diperkenalkan dengan materi pengenalan perpustakaan, cara belajar efektif di perguruan tinggi. Muatan materi tersebut mencakup cara mengakses ilmu dan pengetahuan di perpustakaan dengan sejumlah prosedural teknisnya serta bagaimana seorang mahasiswa dapat berlajar efektif selama menimba ilmu di jenjang pendidikan tinggi.
Upaya lain yang dapat diketahui dari pengelola perpustakaan STPM St. Ursula sebagaimana diungkapkan pengelola perpustakaan adalah :
Upaya yang kami lakukan disini agar minat baca semakin meningkat adalah meningkatkan mutu pelayanan, memberikan informasi tentang buku-buku baru yang diperlukan mahasiswa, memperbaiki sistem mengakses katalog dibuat lebih sederhana untuk mempersingkat waktu pencarian judul. Selain itu telah dibuat kegiatan perlombaan berupa debat/pidato, menulis makalah, dan direncanakan akan dibuat perlombaan resume buku yang digelar atas kerja sama unit perpustakaan dan organisasi kemahasiswaan. Kegiatan ini masih belum secara rutin dilakukan karena beberapa alasan terutama menyangkut rendahnya minat dan motivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan, serta kurang koordinasinya para pengurus BEM-BLM untuk menggelar kegiatan tersebut.
Selain itu, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh dosen dalam mendorong minat baca mahasiswa seperti diamati penulis yakni, mahasiswa diberi tugas misalnya membuat makalah/paper, dipresentase, resume buku, atau tugas analisis kasus lainnya. Upaya ini juga berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan mahasiswa ke perpustakaan.  
Dalam kaitan dengan mengembangkan minat baca, menurut pengelola perpustakaan STPM St. Ursula, dikatakan bahwa beberapa strategi yang juga dipersiapkan adalah:
Menambah koleksi buku yang sesuai dengan kbutuhan mahasiswa, menambah staf pelayanan, membuat perlombaan/kompetisi ilmiah yang memacu minat baca mahasiswa. Terkait dengan gagasan ini pihak yayasan penyelenggaran dan pimpinan sekolah tinggi sangat mendukung.

Pandangan ini memperlihatkan sejumlah upaya yang dilakukan pihak perpustakaan dalam mendorong minat baca mahasiswa. Bahkan yayasan penyelenggara mempunyai respon yang positif terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh perpustakaan, misalnya akan mengalokasi anggaran yang cukup serta akan merekrut tenaga perpustakaan untuk mempermudah pelayanan di perpustakaan.  
Dalam rencana kerja ke depan pihak perpustakaan akan mengusulkan strategi baru, menemukan cara-cara yang efektif untuk mempermudah pelayanan serta mempermudah akses mahasiswa terhadap informasi dan pengetahuan dari perpustakaan. Terkait dengan hal tersebut, pengelola perpustakaan akan berusaha mengikuti pelatihan-pelatihan yang terkait dengan manajemen dan pelayanan di perpustakaan. Dan dengan demikian mutu pelayanan akan terus ditingkatkan dan motivasi mahasiswa untuk mengunjungi perpustakaan dapat ikut ditingkatkan.  


5.2.      Analisa dan pembahasan
Pada bagian ini penulis akan memaparkan analisa dan pembahasan untuk menjawab permasalahan yakni upaya-upaya apa saja yang dilakukan perpustakaan STPM St. Ursula dalam meningkatkan minat baca mahasiswa. Untuk membedah masalah tersebut, maka penulis menggunakan rujukan pendapat pada tinjauan pustaka yang relevan untuk menganalisis kondisi minat baca mahasiswa serta upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak pengelola perpustakaan STPM St. Ursula untuk mendorong perubahan minat baca mahasiswa.
5.2.1.        Minat baca mahasiswa
Menurut pendapat Darmono, minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus terhadap bahan bacaan.
Kondisi minat baca mahasiswa STPM jika dikaitkan dengan pendapat di atas, sangat bertentangan, dimana dorongan untuk membaca bukannya datang dari dalam diri mahasiswa tetapi karena adanya tuntutan tugas yang diberikan dosen. Keinginan untuk membaca guna mendapat ilmu pengetahuan dan informasi tidak ditemukan dalam wawancara dengan pengelola perpustakaan. sangatlah rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan rata-rata 15 orang perhari dan tujuan kunjungan hanya berorientasi pada meminjam buku, mencari referensi untuk tugas atau membaca Koran/majalah. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa minat baca mahasiswa STPM St. Ursula masih sangat rendah. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan berdampak pada output mahasiswa yang akan lulus dari STPM St. Ursula.
Patut disayangkan bahwa mahasiswa belum merasa kehadiran perpustakaan disebuah lembaga pendidikan untuk ikut mengembangkan pengetahuan yang dimiliki semua komponen baik dosen, pegawai maupun terutama mahasiswa. Daya dorong dari dalam yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa tidak menempatkan kebutuhan membaca sebagai kebutuhan yang perlu diprioritaskan. Sehingga tidak ada urusan lain yang lebih penting saat masih kuliah selain membaca. Hal ini juga dirasakan penulis bahwa kegiatan membaca belum menjadi kebutuhan prioritas dikalangan mahasiswa. Sehingga tidaklah heran saat setelah perkuliahan berakhir jika ada tugas maka semua sebagian mahasiswa pergi mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi tambahan. Tetapi jika tidak ada tugas maka mahasiswa langsung meninggalkan kampus tidak jelas kea rah mana tujuannya.    
Kondisi ini sudah merasuk pikiran dan hati semua mahasiswa sehingga kebutuhan untuk membaca hanya bisa dihitung dengan jari. Terdapat sebagian kecil mahasiswa yang menurut pantauan penulis begitu tekun membaca untuk menambah pengetahuan yang dimiliki. Dan hal itu berdampak pada cara berpikir, berkomunikasi mahasiswa tersebut beda dengan mereka yang lain yang jarang mengunjungi perpustakaan.  

5.2.2.        Upaya meningkatkan minat baca mahasiswa
Dalam kaitan dengan upaya meningkatkan minat baca, Daromono menegaskan bahwa dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Lebih lanjut upaya untuk mengembangkan minat baca perlu melibatkan beberapa unsur misalnya, anak didik/ siswa/mahasiswa, guru/dosen, sekolah secara kelembagaan, orang tua dirumah, lingkungan dan pemerintah atau lembaga-lembaga masyarakat yang berminat.
Pendapat Darmono di atas jika dikaitkan dengan upaya yang dilakukan oleh pihak perpustakaan dipandang masih cukup relevan. Dorongan untuk mengembangkan minat baca juga dilakukan oleh pihak perpustakaan, melalui berbagai strategi yakni memperbaiki cara pelayanan, membuat system pelayanan yang memudahkan dan menggelar sejumlah perlombaan yang berkaitan dengan upaya mengasah kemampuan intelektual mahasiswa. Selain itu agar mutu pelayanan lebih kreatif dan inovatif, maka petugas perpustakaan diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan perpustakaan.
Sementara itu, keterlibatan semua komponen dalam mendorong minat baca mahasiswa sebagaimana disyaratkan Darmono di atas, tidak penulis temukan dalam wawancara dengan pengelola perpustakaan STPM St. Ursula. Meskipun demikian dapat dipahami bahwa dalam konteks perguruan tinggi adalah mahasiswa dikenal sebagai pribadi yang dewasa sehingga bisa membedakan kegiatan mana yang seharusnya dia lakukan saat kembali kerumah atau kos tempat tinggalnya. Hal ini berarti bahwa keterlibatan komponen lain dalam mendorong perubahan minat baca mahasiswa merupakan bentuk dukungan eksternal yang porsinya harus lebih kurang dari dorongan internal.
Kekuatan dorongan/niat dari dalam diri mahasiswa sedianya harus lebih kuat dari pada upaya-upaya yang dilakukan pihak lain untuk merangsang minat bacanya. Upaya perpustakaan untuk merangsang minat baca mahasiswa hanya merupakan dorongan eksternal yang tidak akan mempunyai kekuatan apa-apa jika tidak diawali oleh dorongan dari dalam pribadi mahasiswa itu sendiri. Dorongan dari dalam diri mahasiswa mestinya berupa keinginan untuk menguasai ilmu dan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya sehingga dapat membekali diri kelak menuju masyarakat.    
Upaya yang dilakukan perpustakaan adalah menyediakan pelayanan yang profesional, menyediakan buku-buku yang relevan dengan kebutuhan mahasiswa dan mengadakan perlombaan-perlombaan seperti lomba debat, lomba menulis karya ilmiah, lomba membuat resume buku dan lain-lain. Selain itu penambahan staf untuk pelayanan pada perpustakaan sangatlah diperlukan agar mempermudah system pelayanan yang telah ada.    

BAB VI
PENUTUP
6.1.      Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas tentang upaya perpustakaan STPM St. Ursula dalam meningkatkan minat baca mahasiswa, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.   Minat baca mahasiswa STPM St. Ursula dikategorikan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan pada setiap hari hanya mencapai 15 orang, serta tujuan kunjungan ke perpustakaan yang berorientasi pada kegiatan mencari buku, referensi, membaca Koran/majalah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan bapak/ibu dosen. Hal ini berhubungan dengan system pembelajaran yang terjadi dikampus yang belum banyak memberi ruang kepada mahasiswa untuk mencari sumber-sumber informasi dari sumber lain selain dari apa yang dipegang oleh dosen.
2.   Upaya yang dilakukan pengelola perpustakaan STPM St. Ursula dalam meningkatkan minat baca mahasiswa yakni melalui perbaikan metode / cara pelayanan, sistem pengkodean dan pengaturan tata letak katalog agar lebih mudah diakses oleh mahasiswa. Selain itu dilakukan sejumlah perlombaan yang mengajarkan mahasiswa untuk bersaing secara sehat dengan menggunakan perpustakaan sebagai tempat mengumpulkan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan dengan keterbatasan pegawai perpustakaan dan sarana-prasanra yang dimiliki, pihak perpustakaan menaruh perhatian yang maksimal untuk dipenuhi.
3.   Upaya-upaya yang dilakukan perpustakaan STPM St. Ursula merupakan bentuk dorongan yang datangnya dari luar. Dorongan ini hanya akan bermanfaat jika ditunjang oleh dorongan dari dalam diri mahasiswa itu sendiri untuk mencari dan menemukan ilmu pengetahuan pada tempat yang tepat yaitu perpustakaan.
4.   Minat baca mahasiswa akan bertumbuh dengan baik jika kesadaran untuk itu lahir dari kesadaran dan inisiatif setiap pribadi untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.  

6.2.      Saran
Dalam kaitan dengan upaya meningkatkan minat baca mahasiswa STPM St. Ursula, maka penulis menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan sebagai berikut:
1.   Bagi Pihak Sekolah Tinggi
Pimpinan sekolah tinggi hendaknya merumuskan kebijakan yang tepat untuk membaharui system pembelajaran di kampus yang lebih memacu mahasiswa untuk terus membaca dan memanfaatkan perpustakaan sebagai salah satu sumber pembelajaran. Kebijakan tentang penempatan pegawai yang professional sangat penting agar dengan hal tersebut minat mahasiswa untuk mengungjungi dan menggunakan perpustakaan dapat lebih ditingkatkan.

2.   Bagi pengelola Perpustakaan
Bagi pengelola perpustakaan, diharapkan agar tetap konsisten dengan system pelayanan yang mudah dan cepat serta professional. Perlu juga dilakukan terobosan-terobosan seperti menyelenggarakan perlombaan secara rutin dengan hadiah-hadiah yang mendidik, sehingga dengan demikian mahasiswa akan terus ikut berkompetisi.  
3.   Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa hendaknya segera sadar akan eksistensinya sebagai kelompok calon agen pembangunan yang dirindukan kehadirannya di tengah masyarakat. Jika tidak mempersiapkan diri dengan baik maka kelak dimasyarakat tidak dapat berbuat apa-apa untuk perubahan masyarakat. Minat baca harus mulai ditumbuh kembangkan secara terus menerus dengan cara menyisihkan waktu setiap hari minimal 1 – 2 jam untuk membaca. Jika hal ini terus dilakukan setiap hari maka keinginan untuk mendapat pengetahuan baru setiap hari akan menjadi kebutuhan. Dorongan dari dalam diri akan lebih kuat dan berakar jika dibandingkan dengan dorongan pihak luar termasuk pihak perpustakaan.


  


DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2007, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan tata Kerja, Grasindo: Jakarta.
Tomi Darmawan, 1978, Minat, Strategi dalam Pencapaian Tujuan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
Natawijaya, Pengembangan Minat, 1979, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Yoseph Mbulu, 2009,  Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dalam kegiatan belajar mengajar, Majalah Pendidikan XIX,
Departeman P & K Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1988 (Jakarta :  Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan Nasional, UU Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003, Pasal 45 ayat 1.





 


[1] Darmono, Perpustakaan Sekolah, Pendekatan Aspek Manajemen dan tata Kerja, (Grasindo: Jakarta, 2007) hlm. 3
[2] Data pada perpustakaan STPM St. Ursula Juni 2010.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, UU Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003, Pasal 45 ayat 1.  
[4] Darmono, Perpustakaan Sekolah, Pendekatan Aspek Manajemen dan tata Kerja, (Grasindo: Jakarta, 2007) hlm. 3
[5] Yoseph Mbulu, Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dalam kegiatan belajar mengajar, Majalah Pendidikan XIX, 2009 hlm 27
[6] Ibid hlm 28
[7] Ibid hlm 217
[8] Tomi Darmawan, Minat, Strategi dalam Pencapaian Tujuan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1978), Hlm. 13
[9] Natawijaya, Pengembangan Minat (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1979) Hlm. 94
[10] Ibid, Hlm. 13
[11] Ibid hlm. 15
[12] Lop Cit Hlm 9.
[13] Departeman P & K Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :  Balai Pustaka, 1988) hlm.897
[14] Departeman P & K Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :  Balai Pustaka, 1988) hlm.908
[15] Darmono, Perpustakaan Sekolah; Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata kerja, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007) Hlm 17
[16] Ibid hlm. 12

1 komentar:

  1. 대약 먹튀 알약 먹튀 먹튀 팀약먹튀 팀약먹튀 알약 먹튀 팀약 먹튀 팀약 먹튀 알약 알약 188bet 188bet 1xbet 1xbet 10cric login 10cric login 163Lucky Bird Salsa | La Liga Bet

    BalasHapus